Agak Beda – #Kurban
Ngaji Al Hikam itu ngeri ngeri sedep. Saat ustad lain mengharuskan kita harus ikhlas saat berkurban.. guru saya malah menyarankan sebaliknya. Saran beliau kalo berkurban sebisa mungkin kita merasa berat atau kurang ikhlas. Berkurban itu bukan bershodaqoh atau nyumbang. Salah satu makna berkorban itu adalah wujud empati kita kepada Nabi Ibrahim yang merasa berat, untuk mengorbankan anaknya. Betapa tidak berat.. sekian lama, puluhan tahun berdoa meminta anak.. baru dikabulkan Allah konon saat usia Ibrahim 100 tahun. Setelah punya anak.. eh, disuruh ninggal di padang pasir. Pisah jauh.. boleh ktemu lagi setelah anak bisa diajak bermain dan bekerja. Masih euforia.. eh malah disuruh menyembelih. Wow.. seandainya kita yang dapat perintah seperti itu, mungkin kita mutung kepada Allah. Itu iblis gemes banget liat Ibrahim.. dan berusaha menggagalkan ketaatan anak dan bapak ini sebisa mungkin. Kok ya ndelalah, Ismail juga anak yang sholeh.. sehingga saat ayahnya menyampaikan kabar ini, dia oke saja. Anak sekarang pintar pintar.. dibilang ayah mendapat perintah menyembelih kamu.. bisa menjawab kenapa ga abah aja yang udah tuaan.. hahaha. Begitulah.. Kadang Allah itu menguji hamba yang paling di cintainya aja, berat kayak gitu.. lha apalagi kita. Makanya Allah gemes kalo ada hamba yang mendapat ujian trus berkata.. why me God.. why me?? Allah menjawab, why not? Apa istimewamu sampe berkata demikian.. wong hamba hambanya yang paling taatpun.. ujiannya ugal ugalan begitu.
Berkurban beda dengan sedekah. Berkurban adalah tindakan yang kita (sebenarnya) berat untuk melakukannya. Jadi parameter berkurban adalah ada ‘rasa’ kehilangan yang melukai kita. Bila kita berkurban tapi merasa ikhlas banget.. biasanya karena kurang besar. Sudah bagus sebenarnya, karena kita mau menyisihkan sebagaian rejeki kita pada orang lain serta mencoba taat pada perintah Allah, tapi bila kita ingin memperoleh derajat lebih tinggi dan makna kurban yang mendalam.. cobalah untuk memberikan yang kita cintai (harta) sampai pada batas kita berat melepaskannya (Berkurban). Satu kambing merasa ringan.. cobalah dua ata tiga. Masih merasa enteng, cobalah sapi. Punya mobil dan beberapa rumah.. cobalah dua atau tiga sapi. Berapa saja.. sampai pada batas anda ndredeg (berat) dalam melepaskan harta anda :D Namun, bila satu kambing saja anda sudah merasa berat.. maka selamat, karena meski harta anda banyak, karena merasa berat, maka anda sudah masuk kategori berkurban. Anda sudah berhasil menyembelih ego dan rasa cinta anda pada harta. Namun guru saya juga berpesan.. banyak diantara kita takut mati, karena kita telalu sibuk mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kita bawa “pulang” dan kita lupa mempersiapkan bekal semestinya yang seharusnya kita bawa saat kembali. Kadang, untuk masuk sekolah atau universitas negeri favorit, jurusan tertentu yang diprediksi memberikan masa depan cerah atau masuk menjadi pegawai, kita rela berkurban puluhan bahkan ratusan juta.. dan mendholimi orang lain yang mungkin lebih baik dan lebih berhak. Padahal masa depan, siapa yang tau? Dipersiapkan dengan penuh perhitungan dan kecermatan, bahkan dengan melukai orang lain, eh tiba tiba mati. Karena itu kita takut.. sebab di ujung usia, kita merasa bahwa bekal kita masih kurang.. dan terlambat.
Masih banyak yang ada di kepala, tapi ternyata panjang juga ya, hahaha.. ini ringkasnya.
Selamat merayakan hari raya KURBAN di hari Senin.. Dan karena sekarang masih hari minggu, belum terlambat untuk menyembelih saldo rekening anda untuk bekal di bawa “pulang”.
Selamat untuk seseorang yang saya tau (dan biasanya membaca status di sini), telah berhasil menaklukkan ego dan cintanya pada harta dengan menyembelih tabungan yang dia kumpulkan sekian lama untuk berkurban sapi di tahun ini. Dia belum berhaji, namun saya yakin Allah punya perhitungan tersendiri kepada makhluk istimewa seperti anda. Semoga anda temasuk yang dirindukan untuk menyambangi rumahNya dengan segera. Amiin.
*Habis ngaji rasane seperti di kaploki
*Sudah banyak yang mengingatkan untuk puasa arafah, sholat sunnah, membaca tasbih dan semacamnya.. Alhamdulillah, bagus.. namun masih jarang yang mengingatkan untuk menyembelih rekening.. karena sepertinya ini yang paling kita cintai *nyentil diri sendiri kok :p
Boleh tidak sepakat - Semoga Bermanfaat
Mau nulis Hamba Allah, September 2016 aja biar aman.. tapi sepertinya penyamaranku akan segera terungkap :p wes seperti biasane wae..
Mohon maaf, filusuf anyaran, masih canggung. Tidak meminta kritik dan saran, karena terlalu ngeri saya membayangkannya, kalo boleh malah mohon bimbingannya.
Cak No, September 2016
Diposting Minggu, 9 Dzulhijjah 1437, 11 September 2016 pukul 00.00. Biar ndak rame.
0 Komentar untuk "Berqurban sebisa mungkin Kurang Ikhlas"